Keluar

Kembali lagi terhisap oleh sofa tunggal yang kududuki saat menunggu ayah untuk pulang. 
Waktu yang sama , lokasi yang sama , atmosfer yang berbeda. 
Aku merasa lelah, aku merasa muak, aku ingin meledak. 
Aku tak tau harus berlari kemana, yang menghasilkanku berlali berputar-putar dari tadi. 
Aku tak tau apa tujuannya, yang menghasilkan pandanganku berliku-liku.
Aku tau lagi, jadi aku berhenti sementara. 
Aku keluar sementara dari lukisan untuk menatap lebih luas apa yang sebenarnya terjadi, dan kira-kira apa yang akan terjadi. 
Sampai kapan aku keluar? Aku tidak tau, semoga tidak selamanya. 
Mungkin ini hanyalah proses, yang ku percayai segala sesuatu yang terjadi adalah sebuah proses yang bisa saja kita tau menjadi apa, ataupun terkadang tidak mengetahuinya. 
Tapi, keluar dari lukisanpun tidak bisa membuatku tenang. Matahari hangat yang bersinar di tanganku tidak membuatku bahagia seperti biasanya. 
Air dingin yang mengalir ditenggorokan tidak membuatku merasa puas seperti biasanya. 
Seakan-akan hujan dan kesakitan adalah sahabat terbaruku, dan aku tidak suka itu.
Mungkin aku harus diam sementara. Ya aku akan diam sementara. Aku akan berbaring didalam ruangan sejenak dan beristirahat. 
Ya, sepertinya itu adalah pilihan terbaikku saat ini. 

Comments

yuhuu said…
Wah sastra yg berat untuk artian menunggu wohoho
yuhuu said…
Wah satra yang berat untuk artian menunggu

Popular Posts